‘Sahabat’ atau mungkin dalam bahasa inggrisnya biasa disebut ‘best friend’. Sahabat tentu beda dengan teman. Kalau dalam bahasa arab, ada istilah ‘shahib’ dan ada juga istilah ‘zamiil’. Nah, shohiib ini adalah sahabat, orang yang memiliki arti lebih dari seorang teman. Kehadirannya begitu penting dalam kehidupan kita. Dia yang biasa menghabiskan waktu bersama kita. Kalau zamiil, ia hanya sekedar teman, seperti teman-teman kelas atau teman kampus, orang-orang yang hanya sekedar kita kenal, namun tidak menghabiskan banyak waktu bersama kita.
Sahabat merupakan salah satu harta yang paling berharga yang kita miliki. Karena selain orang tua dan keluarga, sahabat juga memiliki peranan sangat penting dalam kehidupan kita. Apalagi dalam masa-masa remaja, seseorang pastinya lebih sering merasa nyaman menghabiskan waktu bersama sahabat-sahabat mereka daripada bersama keluarga.
Persahabatan adalah satu bagian manis dari episode hidup yang mengajarkan kita banyak hal. Tidak jarang juga mereka menjadi inspirasi tersendiri bagi kita dalam menjalani hidup ini.
Berbicara tentang sahabat, saya selalu tersenyum dan merasa menjadi orang yang paliiiing beruntung di dunia ini. Ya, karena selain saya memiliki keluarga yang begitu mendukung setiap kegiatan saya, saya juga memiliki sahabat-sahabat yang selalu berada di samping saya dalam tiap keadaan. Saya benar-benar merasakan keuntungan besar memiliki mereka. kebersamaan kami benar-benar obat ampuh yang menghilangkan segala kejenuhan dari rutinitas kehidupan.
Namun menjalin persahabatan bukanlah suatu hal yang mudah. Untuk mendapatkannya dan terus mempertahankannya, pasti melalui proses yang lama dan tidak mudah menjalaninya. Setiap orang berbeda, dan tentunya sangat sulit untuk menemukan titik temu dari perbedaan tersebut sehingga mampu melahirkan kebersamaan yang menenangkan diri.
Proses pembentukan persahabatan tidak terjalin secara otomatis, tapi ia butuh proses panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya. Persahabatan bisa menjadi begitu berkesan karena ia dilalui terlebih dahulu dengan pengalaman suka duka, dihibur dan disakiti, diperhatikan dan dikecewakan, dan lain sebagainya. Dari situlah persahabatan bisa terbentuk lebih matang sampai pada titik ia sulit untuk dilupakan.
Sosok sahabat tentu bukan sosok yang sembarangan. Tidak semua orang bisa dan cocok menjadi sahabat bagi diri kita. Dan lagipula, sudah seharusnya kita memasang ‘standar’ untuk mendapatkan sahabat. Karena banyaknya waktu yang kita habiskan bersama mereka, tentunya apa-apa yang ada dalam diri dan kehidupan mereka akan sangat berpengaruh untuk kita juga. Misalnya saja, kalau kita bersahabat dengan orang yang malas, sudah pasti semangat belajar kita akan menurun karena melihat orang yang selalu bersama kita sangat santai dalam belajar.
Dan menurut saya, sahabat itu adalah mereka yang selalu memberikan dorongan dan semangat untuk kita dalam menjalani hidup. Sahabat tidak melulu mereka yang terus menemani kita atau menghabiskan banyak waktu bersama kita. Namun sahabat juga bisa menunjukkan kasih sayangnya terhadap kita dengan berbagai cara, selain harus menemani kita setiap waktu. Perhatian dan doa yang diberikan sahabat merupakan yang paling mencolok yang tampak dari seorang sahabat.
Saya ingin menceritakan kisah salah satu sahabat Rasulullah saw, sayyidina Umat bin Khatab, bersama sahabatnya. Suatu hari ia menguji sahabatnya dengan menanyakan kepada sang sahabat tentang aib dirinya. Dan ternyata, sahabatnya itu dengan ‘blak-blakan’ menceritakan aib sayyidina Umar, bahwa beliau memiliki bermacam-macam lauk di mejanya. Lalu sayyidina Umar pun berkata yang maknanya, “Seorang teman sejati bukanlah yang banyak memujimu, tetapi yang memperlihatkan kepadamu aib mu (agar orang yang dinasehati bisa memperbaiki aib tersebut. Yang perlu diingat, menasehati jangan dilakukan didepan orang banyak. Agar kita tidak tergolong ke dalam orang yang menyebar aib orang lain).”
Nah, dari cerita sayyidina Umar ini bisa kita ambil kesimpulan bahwa sahabat adalah mereka yang lebih memperhatikan mashlahat untuk diri kita, bukan hanya sekedar menjaga perasaan kita dan menilai semua serba baik. Tapi, ada kalanya ketika kita melakukan kejelekan, sang sahabat tidak segan mengingatkan tapi tentu dengan cara yang baik, yaitu tidak di depan umum dan dengan kata-kata yang sopan.
Kalau dari pengalaman pribadi, saya menyimpulkan arti sahabat sebagai berikut:
Sahabat adalah mereka yang betul-betul mengerti kita. Pun kalau ia belum bisa mengerti kita seutuhnya, namun ia terus berusaha untuk mengerti kita. Dan persahabatan tidak akan bisa didapatkan dan diabadikan kecuali ada usaha dari keduanya.
Sahabat adalah yang mampu menjadi inspirasi dalam tiap gerak mereka. yang mengajari kita banyak hal, baik secara langsung maupun tidak. Yang terus mau menguatkan kita dan mendukung segala sesuatu yang baik untuk kita.
Sahabat akan merasa sakit ketika tahu sahabatnya sakit. Ia akan bahagia ketika sahabatnya bahagia. Ia sedih ketika sahabatnya sedih. Dan ketika mendapati ‘mendung’ di wajah sahabatnya, ia terus berusaha untuk menghilangkan mendung itu, bahkan terus mencari cara untuk menggantinya dengan pelangi.
Sahabat adalah mereka yang apabila dipandang wajahnya, mampu membuat kita mengingat Allah. Mendengarkan kata-katanya, menambahkan ilmu dan nasihat untuk diri kita. Melihat gerak-geriknya, memacu kita untuk menjadi lebih baik.
Terakhir, persahabatan yang terikat dengan rantai iman dan didasari dengan cinta ilahi, tidak akan pernah terputus. Ia akan abadi karena disatukan oleh tali ukhuwah yang mulia di sisiNya. Semoga kita bisa mendapatkan sahabat yang bisa menjadikan kita para pecinta karenaNya, yang kelak mendapatkan naunganNya di mana tidak ada lagi naungan selain naunganNya…amiin ya Rabb.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar